"saat saya menjadi gila akan tulisan . . ." :D

Sabtu, 27 Februari 2010

Soe Hok-gie sekali lagi


Sebenranya sudah lama saya membaca buku ini . sudah sekitar 2 bulan yang lalu sejak saya membelinya bersama 'babeh' saya . (rinci ya . . hhe)

Sejak 5 tahun yang lalu , pertama kali saya menonton film Gie yang dibintangi Nicolas Saputra , saya sudah tertarik dan simpati pada sosok Hok-gie , bahkan saya mengagumi nya . :)

Dia pintar , jujur , berani , dan say mengagumi gaya politik dan cara politiknya dia .
Jujur saja , saat saya menonton Film Gie , saya tidak mengerti jalan cerita nya . Sampai-sampai saya harus memutar film nya hingga 5 kali . dan saya tetap tak mengerti .

Akhirnya saya membaca buku Catatan Seorang Demonstran (CSD) , saya sedikit mengerti tentang kisah seorang Gie .
saat saya membaca CSD isinya hanya dari Hok-gie saja .

tapi setelah saya baca buku yang baru terbit ini, saya menangkap sisi lain dari seorang Hok-gie . Saya berpendapat , orang-orang yang berteman dan hidup pada masa hok-gie , begitu kontras dengan masa sekarang , memang begitu , tapi mereka memaknainya dengan begitu gemilang .

Saya kagum pada mereka teman-teman seperjuangan Hok-gie , yang diceritakan sedikit di buku ini . Hanya kebanyakan testimoni nya saja . Dan perjuangan membawa jenazah Hok-gie dan Idhan Lubis kembali ke bawah .

Sangat menarik dan Asyik ! hhe . itu benar-benar pengalaman yang tidak bisa di beli dan di bayar dengan apapun .

Saya sangat terharu membaca testimoni dari Kartini Sjahrir . sumpah , saya menangis begitu tersedu-sedu . saya membayangkan nya begitu "lebay" . hhe

Tapi selebihnya , buku ini memang keren . kata-kata yang diukir mampu membawa kita serasa berada dan ikut andil dalam peristiwa tersebut .

Anda harus membacanya . Inilah bacaan yang membangun inspirasi . Saya sebagai generasi muda , ingin sekali seperti Hok-gie , tapi tak ada yang harus jadi seperti dia , tak ada yang bisa jadi seperti dia , dan tak ada yang akan menjadi seperti dia . tak ada kLoningan yang persis didunia ini .

. :)

It Really is as Simple as That

Hari ini , saya sedang bimbang dengan kehidupan saya . Saya selalu merasa ingin lebih , tapi tak ada kesempatan yang pasti untuk menggapai yang "lebih" itu .
Saya bingung kenapa orang-orang bisa begitu tenang nya , tapi saya justru selalu susah dengan kegelisahan saya .
Kadang saya sombong pada diri saya sendiri , mungkin saya terlalu "lebay" atau terlalu mendramatisir keadaan yang harusnya bisa di "clear" kan dengan kepala dingin .

Kebimbangan saya memuncak ketika tadi , teman saya mengatakan , teman saya yang mantan ketua OSIS , sudah keterima masuk UGM jurusan Nuklir . keren sekali ! . saya merasa iri , inilah kebimbangan soal cita-cita , atau , kemarin tetangga bangku saya dikelas pun masuk PMDK Unjani Kedokteran , saya pun merasa iri .
Saya hanya bisa memberikan ucapan "Congratulation" tanpa maksud untuk meremehkan bahwa saya lebih memiliki kelebihan diatas mereka .

Lalu ketika persoalan cinta mulai mebuat saya semakin bingung dan bimbang . Sebenarnya " it really is as simple as that" , saya hanya merasa serakah . ingin memiliki mereka semua .

Saya tak ingin membuat semua menjadi masalah yang besar , saya tak ingin peduli pada masalah itu , tapi saya juga ingin menyelesaikannya .

Apakah semua cerita hidup saya harus seperti daun yang kering , kemudian jatuh dari pohonnya .

Saya merasa terpuruk dalam semua hal .





Tidak Jelas

Teringat perkataan teman saya tadi, lebih tepat nya saya kira itu "curhatan" , saya merasa tersedak , seolah-olah saya ingin muntah dan ingin meludahi diri sendiri .
Sepertinya saya bodoh tak meluruskan setiap sengketa yang ada .
Tapi apalah kuasa saya , saya hanya bisa diam , dan memang saya hanya ingin diam ,
Diam dalam arti saya hanya ingin berfikir secara bijak apa yang telah mereka Lakukan kepada masing-masing dari mereka .
Bahasa saya seperti novel-novel melayu klasik ya . hhe
Maafkan saya , hanya ingin curhat beberapa unek-unek yang ingin saya muntahkan .
Saya bingung , apakah yg saya lakukan benar ? . saya hanya ingin berlaku adil pada semuanya , saya tak ingin berpihak .
Tentunya saya tak menyalahkan keduanya , saya ingin menjadi pribadi yang dewasa yang bijak .
Lalu buat apa saya cape-cape baca buku-buku yang berkonotasi "berat" untuk dibaca anak seumuran saya .
Saya merasa tak berguna membacanya ! :(

Kadang saya merasa kesepian , apakah ada yang berfikiran sama seperti saya ? .